Makossabase, JAKARTA – Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) menyebut masih banyak masyarakat yang melakukan kesalahan dengan memberikan susu pengganti air susu ibu (ASI).
Hasil penelitian yang dilakukan KOPMAS terhadap 1301 ibu di Zbodtbek menunjukkan bahwa sekitar 39% ibu tidak dapat menafkahi anaknya hanya dengan menyusui.
Sekretaris Jenderal KOPMAS Yuli Supriati mengatakan di Jakarta, Rabu (20/3/2024): “Penyebabnya, ibu-ibu dipisahkan dari anaknya karena alasan pekerjaan dan juga oleh ibu rumah tangga yang tidak mendapat dukungan yang baik selama menyusui.”
Jadi hanya 27 persen yang berhenti menyusui saat bayi berusia satu bulan, dan 44 persen berhenti pada usia lima bulan, dan sisanya 28,5 persen berhenti memberikan ASI eksklusif antara dua hingga empat bulan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ketika ASI ibu berhenti pada bayinya, ibu memberikan makanan atau susu pengganti ASI. Sebanyak 85,7% ibu yang mempunyai masalah menyusui memberikan bayinya susu formula, 7% susu kental manis, 4,4% UHT dan 1,6% air teh/gula/air kanji. Dan sisanya sebesar 1,3 persen ibu memberikan susu murni kepada bayinya.
“Dari hasil survei tersebut, perlu diketahui bahwa masih ada ibu-ibu yang mengalami kendala dalam memberikan ASI kepada bayinya, dan masih ada pula yang melakukan pemberian makanan yang tidak tepat pada anaknya. Hal ini terlihat dari jenis susunya. diberikan, seperti susu kental manis, UHT, serta susu murni,” kata Yuli.
Selain hambatan terkait menyusui, survei ini juga menyoroti pilihan makanan yang diberikan kepada ibu selama MPASI. Selama MPASI, selain bahan-bahan seperti telur, ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan, tim juga menemukan 8,1% ibu menambahkan susu murni pada MPASI anaknya, 6% menambahkan susu kental manis, 2,2% menambahkan UHT, dan 2,8% memberi gula. air atau teh.
Prof Teriya Astika Anda Paramatsari, guru besar gizi di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), mengatakan survei ini lebih meyakinkan dibandingkan peringatan bahwa banyak generasi mendatang tidak menerima nutrisi yang tepat sejak masa bayi.
“Jika tidak diharapkan akan menjadi beban masyarakat dan negara di kemudian hari,” kata Tria.
Dokter spesialis anak RS Permata Depok dr Agnes Terri Hargingrum menjelaskan, ASI merupakan satu-satunya makanan yang boleh diberikan kepada bayi berusia antara 0 hingga 6 bulan.Namun, ada beberapa kondisi yang membuat ibu kesulitan menyusui bayinya. , sehingga ibu sebaiknya memberikan pengganti ASI dalam bentuk susu formula.
“Kita tidak boleh memaksakan pemberian ASI eksklusif, meski situasi tidak memungkinkan. “Ini sangat berbahaya bagi anak. Yang perlu diperhatikan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi dan anak,” kata Agnes.